Title : I Know That You Will Be Mine
Author : ppuing ppuing REN c(^.^c)
Rating : 15+ dulu aja deh
Genre : Sad, hurt, Romance
Main character : Kim Jongwoon [Yesung] (SuJu)
& Park Hyerin (OC)
Supporting character :
.Park Jungso [Leeteuk] (SuJu) - Umma Hyerin
.Park {Kim} Youngwong [Kangin] (SuJu) - Appa
Hyerin
.Kim Heechul (SuJu) - Umma Yesung
.Kim {Tan}
Hangeng (SuJu) - Appa Yesung
.Choi Yeonmin (OC)
*suport cast akan bertambah disetiap
chapterny*
Length : Multichapters/ To Be Continue
Summary :
“jika harus memilih, mati atau hidup tanpamu
? Lebih baik aku mati dan tak pernah melihatnya”
…….
“Bukankah setiap orang memiliki kesempatan
kedua ? Dan aku ingin itu. Memeluk dirinya yang rapuh, dan merengkuh hatinya
yang goyah..”
A/N : annyeong, ppuing come back again -,-
khekhe.. FF ini terinspirasi dari salah satu FF yang ppuing baca. Tapi, ppuing
gak nge.PLAGIAT ke kok. Malah jauh dari yang sebenernya. Dan FF ini untuk temen
ppuing yang sangat suka sama Yesung, ah untuk readers juga kok. Dan satu lagi,
mianhe kalau ada kata-kata yang gak masuk akal, namanya juga manusia pasti ada
salahnya juga --
okelah (y)
Happy Reading!
.
.
.
=.=.=.=.=
Setiap kali aku melihat tatapanmu, aku
semakin tau bahwa kau adalah namja yang tak pernah bisa melihatku dalam jangka
waktu yang sebentar.
=.=.=.=.=
Aku menundukkan kepala ketika ia sedang
menatapku tajam. Haah, ini sudah kesekian kalinya ia menatapku tajam dengan
aura kemarahan.
Dan itu tu tak membuatku takut dengannya,
melainkan menjadi senang karenanya.
"YA! Sudah aku bilang, kau jangan
kekelas ku lagi! Kau ini mengerti tidak!" bentaknya.
Ditaman belakang sekolah ini ia selalu
memarahi atau mencemoohku.
"YA! Kau mendengarkanku tidak
sih!?" bentaknya lagi.
Aku hanya menganggukan kepala dan tak berani
menatapnya.
"Kalau kau mendengarkanku, mengapa kau
terus berada didekatku dan selalu berbuat yang aneh, HAH" ia menjerit,
tepat didepan wajahku.
"Mmi-mianhe,.." lidahku terasa kelu
karena takut.
"Cish, apa kau tau! Aku sangat membenci
dirimu! Kau hanya bisa mengganggu kehidupanku!" bentaknya lalu pergi
meninggalkanku sendirian.
Entah mengapa, seketika kakiku menjadi lemas,
tak lagi sanggup untuk berdiri. Aku melangkah terhuyung ke kursi taman dan
menyandarkan punggung dengan kasar. Menghela napas berat sembari menahan
tangis.
"Aku tau kau tidak benar membenciku, kau
tidak pernah bermain kasar padaku, kau hanya memarahiku" ucapku
menyemangati diri. Tapi air mataku perlahan - lahan mengalir di kedua pipiku.
Kau tau, saat berada didekatmu, aku merasa
nyaman dan terlindungi. Mendengar suara indahmu bagai mendengar suara malaikat.
Dan menatap matamu bagai menyentuh lembutnya sutra.
Semua itulah yang membuatku ingin selalu
berada disisimu. Tapi, kau merasakan kebencian yang teramat sangat saat
didekatku. Emosimu meningkat ketika ekor matamu melihat kehadiranku.
Kau berkata bahwa berada didekatku sangatlah
mengganggu. Tapi entah mengapa aku tak bisa jauh darimu.
Aku yang selalu melihat dirimu, tak pernah
lepas darimu. Tapi kau sama sekali tak pernah melihat aku, akh kau pernah
melihatku tapi bukan dengan tatapan kelembutanmu, melainkan tatapan tajammu
yang seakan-akan ingin membunuhku.
Tapi semua itu tak mengurungkan niatku untuk
menyerah mendapatkanmu. Itu hanya sebuah rintangan yang kuhadapi. Tapi sampai
kapan rintangan itu berakhir..?
"Hyerin.."
Merasa ada yang memanggilku dari arah
belakang, aku menjadi membalikkan tubuhku dan terlihat seorang yeoja yang
sedang tersenyum kearahku. Dengan gerakan cepat aku menghapus jejak air mata
yang terbentuk di pipiku. Dan langsung
membalas senyumannya.
"Ah, Yeon ... Waeyo ??" tanggapku
tetap tersenyum kepadanya.
Ia menjadi bingung melihatku, dan
perlahan-lahan ia berjalan kearahku dan berhenti tepat didapanku.
Ia memajukan wajahnya ke wajahku, dan menatap
ku dengan tatapan bingungnya. Ia mengerutkan keningnya seperti orang yang tidak
mengerti.
Aku menjauhkan wajahku."Hey! K-kenapa
melihatku se-seperti itu?" tanyaku gugup.
Ia duduk di sampingku dengan tetap menatapku
dan itu membuatku menjadi gugup lebih tepatnya salah tingkah.
"Kau habis menangis eo ?" Yeon
balik bertanya padaku.
"Ahh, ani.. Ini hanya ada debu
saja" jawabku bohong sambil mengusap-usap mataku.
"Haah, ayolah Hyerin.. Kau kira aku akan
tertipu ? Kau itu tak mahir dalam urusan berbohong" ujarnya. Aku anggap
dia mencibir, itu kelemahanku.
Yeoja ini mengetahui diriku seutuhnya. Dari
hal yang umum maupun pribadi. Ia selalu setia mendengarkanku bercerita tentang
namja itu. Aku tau, ia pasti bosan mendengarkan hal yang sama, tapi tetap ia
masih setia mendengarkannya.
Aku menganggukan kepalaku untuk memberikan
jawaban atas pertanyaannya tadi.
"Karenanya ?" tanyanya lagi
Dan lagi, aku hanya bisa menganggukan
kepalaku.
"Aiss, mengapa kau selalu menangis dan
itu semua karena namja berengsek itu" celoteh Yeon. Nampaknya emosi telah
memuncak kekepalanya.
Aku menoleh kearahnya dengan tatapan yang
kesal, kerena untuk kesekian kalinya ia berkata bahwa namja itu berengsek.
"Yaa, dia tidak berengsek.. Aku yang
memang salah" sanggahku tidak terima.
"Nah kalau kau yang salah, mengapa kau
selalu saja mengulang kesalahan itu"
Aku terhenyak diam. Ya aku yang salah, salah
karena selalu mengganggunya. Dan kesalahan itu selalu bahkan terus aku ulangi.
"Kenapa kau tidak menyanggahnya ? Apa
itu benar ?" tanya Yeon sedikit berteriak.
"Hiikks..hikss..." Aku sungguh
tidak bisa menahan tangisan ini.
Yeon yang melihatku menangis langsung diam
dan berhenti memojokkanku. Ia memelukku penuh kasih sayang dan rasa bersalah.
"Mianhe, tapi itu semua hanya untuk
menyadarkanmu Hyerin-ah" ucapnya lembut.
Ya aku tau itu Yeon, kau tidak mau aku sakit
karenanya. Tapi aku tidak bisa berhenti sampai disini. Aku sangat ingin
mendapatkannya. Aku memang egois, tapi aku mencintainya.
Drrtt...Drrt...
Tiba-tiba ponsel Yeon bergetar, ia pun
langsung melepaskan pelukannya dan mencari ponselnya yang berada di dalam
tasnya.
Yeon tersenyum senang saat melihat nama yang
tertera di layar ponselnya."Yoboseo ?"
Aku menghapus airmataku dengan punggung
tanganku. Lalu melihat kearahnya.
Haah, Aku tau siapa yang menelfonnya. Pasti
namjachingunya itu. Aku kadang iri melihat Yeon yang sudah mempunyai
namjachingu, dan yang pertama mengutarakan perasaanya itu adalah Yeon.
Ia melihatku dan tersenyum, ia pun
mengaktifkan Speakerphonenya supaya aku bisa mendengar juga.
"Kau ada dimana ?" tanya penelfon
tersebut.
"Aku sedang berada di sekolah, waeyo
oppa ?"
"Sekolahmu sudah pulang kan ?"
Tanyanya lagi.
"Ne"
"Hem..Kau tak ingat ini hari apa ?"
"Emm... Sabtu" jawab Yeon pasti.
Ia sedikit memikir ada apa dengan hari Rabu.
"Aiss, hari ini kau dan aku ken-"
Sebelum penelfon itu meneruskan ucapannya
Yeon langsung memotongnya.
"Kencan, akhh mianhe oppa aku lupa"
"Sudah kuduga, 10 menit lagi aku sampai
didepan sekolahmu"
"Ne ne ... Aku akan cepat,
saranghae" ucap Yeon dan langsung menutup sambungan telfonnya sebelum
penelfon tadi membalas ucapannya.
Yeon tersenyum kepadaku penuh arti. Aku yang
sudah tau apa arti senyumannya itu hanya mengangkat bahu saja.
"Ne ne.. Sana pergi, nanti dia
menunggumu lama" suruhku.
"Hahh, sahabatku ini pengertian
sekali" ujar Yeon seraya memelukku lagi.
"Ya ya, lepaskan ... Aiss, anak
ini" protesku.
"Hehehe, aku pergi dulu ne ? Pye.."
ucap Yeon dan beranjak pergi meninggalku sendirian.
.....
_HyerinPOV_
Sudah berapa kali aku menangis karenanya,
sudah berapa kali aku sakit karenanya. Saat melihatnya dekat maupun bermesraan
dengannya. Tapi apa hakku untuk melarangnya.
Tapi entah mengapa aku tak menyerah untuk
mendapatkannya, tak menyerah untuk mendapatkan perhatiannya lebih tepatnya.
Tok..Tok..
Seseorang mengetok pintu kamarku, membuatku
bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kamar.
Ku buka perlahan dan terlihatlah seorang
yeoja yang berpakaian seragam maid. Ia tersenyum kepadaku dan membungkukkan
badannya.
"Permisi nona, anda dipanggil Tuan dan
Nyonya" ucap maid tersebut.
"Ne, aku akan turun sebentar lagi"
jawabku tersenyum.
Ia pun balas tersenyum dan membungkukan
badannya."Baiklah nona"
Aku menganggukan kepalaku dan menutup pintu
kamar dan berjalan menuju meja rias.
Aku tersenyum didepan kaca meja rias dan
beranjak pergi menuju tempat umma dan appa menungguku.
.
.
.
Kulihat umma dan appa sedang mengobrol
serius.
"Ehem.." dehamku untuk menghentikan
obrolan mereka.
"Ah, Hyerin .. Ada yang ingin umma dan
appa katakan padamu, duduk sini" suruh umma sambil menepuk tempat duduk
yang berada disampingnya.
Aku menganggukan kepala dan berjalan menuju
tempat yang di samping umma.
"Ada apa ..?" ucap Hyerin
penasaran.
Appa memandang ke arah umma seperti meminta
sesuatu. Umma hanya mengangkat bahunya dan mengangguk pelan. Dan appa yang
mengerti kembali manatapku.
Ia menhembuskan nafasnya berat."Yeon,
kau menyayangi appa dan umma kan ?"
Mengapa tiba-tiba menanyakan ini."Tentu
appa, aku menya-ah aku mencintai kalian berdua"
Appa memandang lagi kearah umma dan lagi-lagi
umma hanya membalas dengan bahunya yang dinaikkan beserta sebuah anggukan. Dan
itu semua membuatku tambah penasaran dengan apa yang akan mereka katakan.
"Appa, ayolah .. Aku sangat
penasaran" rengekku.
"Appa ingin kamu menikah" jelas
appa dan membuatku mematung.
Menikah.? Menikah.? Menikah.? Apa benar itu
kata-kata yang appa katakan tadi ? Hahh, atau aku yang salah mendengarkannya.
"Menikah.?" kualingi kata-kata itu.
"Ne, appa dan umma ingin kau menikah
segera" jelas appa lagi.
Dan itu memang sudah sangat jelas apa
maksudnya.
"Tapi appa, aku masih sekolah dan
sebentar lagi aku akan menghadapi ujian kelulusan" elakku
"Ani chagi, kau belum akan
menikah..melainkan kau akan tunangan lebih dulu" ujar umma seraya mengelus
puncak kepalaku lembut
"Tapi umma, aku tidak mempunyai namjachingu"
sanggahku.
"Ani, kau sudah punya" jawab appa
tegas.
"Hah? Punya ? Nugu?" tanyaku tak
mengerti
"Aiss, appa ini.. Ani chagi, kau akan
kami jodohkan" ucap umma.
"MWO!!? Tt-tapi kenapa kalian tidak
membicarakan kepadaku dulu ?" tanyaku sedikit berteriak.
"Hyerin, appa ingin hubungan keluarga
kita dengan mereka semakin akrab, appa dan umma sudah bersahabat dengan mereka
sangat lama, dan untuk mengikat hubungan ini menjadi semakin dekat, kami
mengusulkan untuk menjodohkanmu dengan anak mereka, chagi" jelas appa
penuh dengan kelembutan.
Aku terhenyak seketika mendengarnya. Mungkin
apa yang dikatakan oleh appa ada benarnya. Aku menghela napas sembari
menundukkan kepala. Memikirkan betul-betul apa yang yang aku dengar tadi.
"Bagaimana chagi ? Kalau kau mau, malam
ini kita akan bertemu dengan mereka" ucap umma seraya mengusap puncak
kepalaku lagi.
Aku terdiam, berfikir sejenak.
"Tapi kalau Hyerin tidak setuju, apa
bisa dibatalkan ?" ucapku manja, supaya mereka akan menyetujuinya.
"Ne chagi, kita bisa
membatalkannya" jawab umma.
Haah, lega rasanya. Aku akan bertemu mereka
malam ini. Dan setelah itu perjodohan ini akan aku batalkan. Aku tak ingin
menolaknya sekarang pasti umma dan appa akan sedih.
"Ne umma, aku akan ikut bertemu dengan
mereka" ujarku dengan nada pasrah.
"Komapta, akh chagi, kau harus
mengenakan baju yang menakjubkan..nanti umma akan meminta Yeon-ssi untuk
menemanimu" ujar umma, nada bicaranya terdengar bahagia sekali.
Aiss, umma terlalu melebih-lebihkannya. Hanya
untuk bertemu dengan mereka saja, sampai harus mempersiapkannya. Padahal
setelah itu, perjodohan akan batal bukan? Aku memastikan itu bakal terjadi.
Umma berjalan menuju meja telfon dan duduk
disampingnya. Ia menekan angka-angka dengan acak. Sepertinya, ia sedang
menghubungi Yeon.
"Ne Yeon-ssi ini umma Hyerin...Apa hari
ini kau sibuk chagi?...hemm, bisakah kau menemani Hyerin untuk
berbelanja?..jeongmal? Kamsahamnida Yeon-ssi"
Umma pun menutup sambungan telfonnya dan
berbalik tersenyum kepadaku.
"Sebentar lagi Yeon akan kesini, jadi
cepatlah kau bersiap-siap" suruh umma sambil mendorongku untuk kekamar.
"Aiss, umma aku bisa jalan
sendiri." ucapku dan melangkah menuju kamar.
.
.
.
Tak lama setelah itu, Yeon pun datang dan
kami berdua langsung pergi ke tempat yang sudah umma pesan tadi. Aiss, umma
sepertinya sangat niat untuk menjodohkanku.
Tapi mianhe umma, aku tak ingin dijodohkan
seperti ini.
"Hyerin, kenapa ummamu tiba-tiba
memnintaku menemanimu ?" tanya Yeon ketika kami sampai di butik yang umma
pesan tadi.
"Aiss... Umma dan appaku
menjodohkanku" jawabku asrah.
"Dan kau menerimanya ?"
"Ani, aku hanya menyetujui untuk bertemu
dengan keluarga mereka, setelah itu aku akan membatalkan perjodohan ini"
jawabku tegas.
Aku melangkahkan kakiku menuju sederetan
baju-baju cantik yang berada di pojok butik ini. Dan Yeon pun mengikutiku dari
belakang.
"Kenapa kau tak menolaknya dari awal
?"
"Aiss, kalau seperti umma dan appa aku
sedih tau."
Yeon hanya mengangguk dan ikut memilih-milih
baju yang didepanku ini.
.
.
.
Sekitar 30 menitan kami keluar dari butik
tersebut. Hanya 2 pasang baju yang aku beli, sedangkan Yeon udah 4 pasang
sepertinya. Kalau begini aku yang menemani dia berbelanja bukannya dia.
"Kau ingin kemana sudah ini ?"
tanya Yeon yang sekarang sedang fokus menyetir.
"Umma menyuruhku untuk kesalon"
jawabku
"Komapta, aku juga ingin kesana
hehe"
"Aiss, yeon aku merasa kalau aku yang
menemanimu bukan kau yang menemaniku"
"Hehe, menurut pepatah, sambil menyelam
minum air. Dari pada aku bosan, ya lebih baik aku ikut belanja, bukan?"
jawabnya.
"Huh, kau ini" ujarku kesal.
.
.
.
Sepulang dari sana, aku disambut umma. Ia
memintaku untuk segera bersiap-siap karena memang aku tadi pulangnya sudah
sangat sore.
Dan sekarang aku sedang duduk di kursi
belakang mobil appa. Kami bersama sedang menuju tempat yang menjadi tempat
pertemuan kami.
Wajah appa dan umma selalu tersenyum saat
mereka membicarakan perjodohan ini. Sedangkan aku, sudah pasrah apa yang akan
terjadi, toh setelah ini perjodohan ini akan dibatalkan.
Tak lama itu sampailah kami ke Restoran bisa
dibilang cukup mewah untuk dibandingkan dengan Restoran lain. Umma dan Appa
sedang berjalan didepan dan aku berjalan di belakang mereka.
Setelah kami didalam, umma menyapu
pandangannya ke meja-meja untuk mencari keluarga itu. Tiba-tiba seorang yeoja
datang.
"Permisi Tuan-Nyonya..apakah nama Tuan
Park Youngwon ?" tanya yeoja itu.
"Ne," jawab appa.
"Kalian telah ditunggu dengan keluarga
Kim" ucap yeoja itu sopan.
"Baiklah, bisakah kau menunjukkan dimana
mereka ?" tanya umma.
"Ne, silahkan ikuti saya" ujar
yeoja tadi.
Kami pun mengikuti langkah yeoja tadi.
Tiba-tiba yeoja itu berhenti tepat didepan meja yang telah di dudukin oleh
keluarga. Sepertinya mereka yang akan bertemu dengan kami.
Setelah itu yeoja tadi pamit pergi.
Yeoja dan Namja yang sedaritadi duduk pun
berdiri dan menyilakan kami untuk duduk.
"Mianhe, putra kami sedang ke kamar
mandi, sebentar lagi ia akan kembali" ujar yeoja yang kutau pasti itu
nyonya Kim dan yang duduk disampingnya itu adalah namphyonnya tuan Kim.
"Ne, gwenchana ... Ah ne, kenalkan ini putriku,
Park Hyerin" kenap ummaku
Aku terenyum kepadanya sopan. Ia pun membalas
senyumanku lembut.
"Ah ternyata benar apa yang kau
ceritakan, putrimu sungguh manis" puji nyonya Kim.
"Haha, itu keturunanku" ucap umma.
"Haha, kau tak berubah .. Selalu
membanggakan diri" cibir nyonya Kim.
TAP TAP TAP
Terdengar suara langkah kaki berjalan
mendekati kami. Nyonya Kim langsung berdiri ketika ia melihat orang itu begitu
pula dengan Tuan Kim, umma, dan appaku. Sedangkan aku hanya menundukkan kepala
tak niat untuk melihatnya.
Umma menyenggol lenganku untuk menyuruhku
ikut berdiri. Dengan gontai aku berdiri. Dan saat aku melihat siapa orang tadi,
badanku menjadi terlonjak kebelakang.
Apa benar ini ? Benarkah ? Apa aku hanya
bermimpi ? Tidak, ini bukan mimpi, ini kenyataan, sungguh. Aku tak berani
bermimpi seperti ini.
Nyonya Kim langsung menyuruh namja tadi duduk
di sampingnya dan tepat didepanku. Oh, sungguh aku sangat tak berani
menatapnya. Aku merasa sangat senang dan juga sakit. Senangnya saat aku tau
orang yang akan dijodohkan denganku adalah namja yang kusukai, dan sakitnya
saat ia tetap menatapku tajam.
"Kenalkan ini putraku, Kim Jongwoon tapi
kalian bisa memanggilnya Yesung" kenal Nyonya Kim seraya menyuruh putranya
itu untuk memberi salam.
"Annyeong, jeoneun Kim Jongwoon imnida.
Mannaseo bangapseumnida" ujarnya dengan nada yang sangat datar, memberi
senyum pun tidak sama sekali.
Setelah itu orangtuaku dan orangtuanya saling
mengobrol. Sedangkan kami berdua tetap berada di atmosfir keheningan. Sungguh
aku sangat tidak berani menatapnya ataupun meliriknya. Jadi kuputuskan untuk
memainkan pipet yang ada di dalam gelas berisi minuman itu.
Saat tanganku ingin memindahkan piring yang
berada disamping gelas tadi, tanpa sengaja aku menyenggol gelas itu. Dan
mengakibatkan minuman itu menjadi tumpah. Hah, kau sangat babo Hyerin.
"Aigoo chagi, kenapa bisa begini, aiss
kau sungguh ceroboh" oceh umma.
"Hyerin-ssi, gwenchana ?" tanya
Tuan Kim khawatir.
"Ah, ne gwenchanayo .." Jawabku
sambil membersihkan minuman yang tumpah di dress biru langitku ini.
"Yesung, temani dia ke kamar mandi..dan
kau bantu dia membersihkannya" suruh Nyonya Kim.
"Ah, aniyo .. Aku bisa sendiri
ahjuma" tolakku halus.
Aku tau pasti Yesung akan menolaknya dengan
kasar. Jadi, sebelum ia menolaknya lebih baik aku duluan yang menolaknya dengan
cara halus.
"Ani, nanti kau akan kesusahan .. Yesung
chagi, kau sayang sama umma kan," pinta Nyonya Kim kepada putranya itu
dengan mata yang berkaca-kaca.
Yesung langsung mengalihkan padangannya
kepadaku dan tak lupa dengan mata membunuhnya itu. Ia pun berdiri dari duduknya
dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Tak kusangkah, ia akan menemaniku. Tapi
Hyerin, itu bukan kemauannya, itu hanya orangtuanya saja menyuruhnya. Jangan
berharap Hyerin.
.
.
.
Aku berjalan mengikutinya dari belakang, aku
takut untuk berjalan disampingnya. Mengingat kemarin ia membentakku.
Setelah sampai didepan toilet, ia berhenti
dan membuatku terlonjak kaget mundur kebelakang.
"Palli" ucapnya datar dan dingin.
Hanya anggukan yang kubalas dan tanpa
menatapnya. Kulangkahkan kakiku menuju toilet, sepi yang kulihat saat didalam.
Hanya aku seorang yang ada.
Kurobek helaian Tisu yang berada disamping
westafel tersebut. Tanganku perlahan membersihkan noda bekas minumanku tadi.
Setelah itu, ku dekati kaca dan ku pandang
pantulan diriku disana. Sangat mengenaskan, ya kali itu yang bisa digambarkan.
Rambut yang di kuncir satu itu satu-persatu helaian nya jatuh terurai. Baju
yang tadi biru langit, sekarang telah menjadi biru pudar.
Aku melangkah mundur untuk melihat diriku
lebih jelas dari bawah sampai atas. Tapi tiba-tiba kakiku terpelesat gara-gara
air yang berceceran dilantai.
GEDEBUK, JEDUG
Sial banget, sudah jatuh pakai di tambahi
kejedot dinding juga. Berlipat kesakitannya.
CKLEK
Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam.
"Ada apa ?" Tanyanya
Mataku terbelalak ketika melihat orang itu.
Ya, orang itu adalah Yesung.
"Ah ani, hanya kepeleset saja"
jawabku seraya mencoba berdiri.
GEDEBUK
"aduuh..appo" erangku sambil mengusap-usap
pergelangan kakiku yang sepertinya keseleo ini.
"Aiss, kau babo! Cepat berdiri, nanti
ada yang melihat aku masuk toilet perempuan" ucapnya menyuruhku.
Aku mencoba lagi untuk berdiri, dan hasilnya
tetap sama. Bokongku dengan kasar terhempas ke lantai toilet yang basah.
"Aiis, menyusahkan !" ejeknya, ia
pun menyodorkan tangan kanannya ke arahku.
Aku memandang tangannya yang mengarah
kepdaku.
"Palli" ucapnya
Dengan rasa takut, aku menggapai tangannya
dan ia pun menarikku untuk berdiri.
_AuthorPOV_
Sekitar setengah jam mereka berada di toilet,
hanya berdua. Ya hanya berdua untuk waktu yang bisa dikatakan lama itu. Tak ada
satupun yeoja yang masuk ke dalam toilet perempuan itu.
Sepulang dari toilet, orang tua mereka
terkejut karena keadaan Hyerin yang sekarang sudah basah.
"Aigoo chagi, kenapa makin basah saja
bajumu ?" tanya umma Hyerin khawatir.
"Ah, tadi jatuh di toilet umma ..
Kepeleset" jawab Hyerin
"Ya! Yesungie kenapa kau tidak
menjaganya" marah umma Yesung
Yang dimarah tidak merespon sama sekali,
seperti tidak ada yang sedang terjadi. Tetap datar tanpa ekspresi.
"Emm..sudahlah ahjuma, ini memang
salahku" ujar Hyerin takut.
"Ne tidak usah di permasalahkan
Heechul-ssi" tengah Umma Hyerin.
Umma Yesung atau yang dipanggi Heechul itu
pun duduk kembali ke kursinya. Dan diiukuti oleh yang lainnya.
"Ah ne, kita ke sini untuk membicarakan
pertunangan Hyerin dan Yesung kan ? Jadi bagaimana ? Apa Hyerin mau ?"
Tanya Heechul dengan nada yang waspada. Ya waspada, takut-takut kalau Hyerin
akan menolaknya.
"Ah, kami belum bisa memberi
jawabannya.. Semuanya ada di tangan Hyerin. Chagi, apa jawabanmu ?" ucap
Umma Hyerin atau biasa dipanggil Leeteuk.
Hyerin menjadi bingung, antara menerima atau
menolaknya. Tetapi di dasar hatinya, ia sangat sangat ingin menerimanya.
"Emm.. Itu..eh, ne tentang itu .."
Ia sangat bingung untuk menjawabnya.
"Apa chagi ?" tanya Leeteuk lembut.
"Aku..."
.
.
.
.
.
.
.
-TBC-